Maulid Nabi Muhammad Sholallohu alahi Wa Sallam |
قوله
تعالى (وَسَلَامٌ عَلَيْهِ يَوْمَ وُلِدَ وَيَوْمَ يَمُوتُ وَيَوْمَ يُبْعَثُ
حَيًّا (15) مريم) و (وَالسَّلَامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدتُّ وَيَوْمَ أَمُوتُ
وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا (33) مريم
Artinya : “Dan kesejahteraan bagi dirinya pada hari lahirnya,
pada hari wafatnya, dan pada hari dia dibangkitkanya hidup kembali. Dan
kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari kelahiranku, pada hari wafatku,
dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali”. (Al-Qur’an Surat Maryam 15,
33)
Dalam ayat di atas Karena sifat terpujinya itu, Yahya
didoakan agar keselamatan dan kesejahteraan selalu diperuntukkan bagi dirinya
serta terhindar dari keburukan dan kekurangan pada hari lahirnya, pada hari
wafatnya, dan pada hari dia dibangkitkan hidup kembali di Padang Mahsyar
setelah hari kebangkitan kelak.
Beralih dari kisah Nabi Yahya, Allah lalu berbicara tentang
kisah Maryam. Wahai Nabi Muhammad, “Ingatkan dan ceritakanlah kisah Maryam
binti Imran yang terdapat di dalam Kitab Al-Qur’an. Kisahkan kepada mereka
ketika dia bersungguh-sungguh ingin mengasingkan diri dari keluarganya, bahkan
dari semua manusia, untuk memperoleh ketenangan dalam beribadah, menuju ke
suatu tempat yang terletak di sebelah timur Baitulmakdis.”
Begitu juga Beliau kekasih kita, Nabi Muhammad Sholallohu ‘AlaihiWa Sallam, dalam Bulan Rabiul Awal merupakan bulan yang istimewa. Bagaimana
tidak istimewa?, pada bulan tersebut manusia terbaik, hamba Allah dan utusan
Allah termulia dilahirkan di dunia. Pada 1400 abad yang lalu, tepatnya pada
hari Senin 12 Rabiul Awal 576 M, baginda Nabi Muhammad Sholallohu ‘Alaihi Wa
Sallam dilahirkan dari pasangan Sayyid Abdullah dan Sayyidah Aminah Radliya
Allahu ‘anhuma.
Tidak lepas bahwa untuk menghormat kelahiran Beliau setiap
tahun hari kelahirannya dirayakan oleh umat Muslim di seluruh penjuru dunia.
Berbagai cara dan acara mulai di tingkat Jama’ah yang ada di Masjid-Masjid atau
Desa hingga Istana negara menyelenggaraan perayaan maulid. Lantas bagaimana
pendapat para ulama’ yang membidanginya mengenai kebiasaan atau amaliyah
perayaan maulid tersebut? Berikut ini kami rangkum beberapa statemen ulama’
mengenai tradisi tahunan tersebut.
Al-Imam al-Suyuthi dari kalangan ulama’ Syafi’iyyah
mengatakan:
قَالَ جَلاَلُ
الدِّيْن السُّيُوطِى هُوَ مِنَ الْبِدَعِ الْحَسَنَةِ الَّتِيْ يُثَابُ عَلَيْهَا
صَاحِبُهَا لِمَا فِيْهِ مِنْ تَعْظِيْمِ قَدْرِ النَّبِيِّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ
وَآلِهِ وَسَلَّمَ وَإِظْهَارِ الْفَرَحِ وَالْاِسْتِبْشَارِ بِمَوْلِدِهِ
الشَّرِيْفِ
“Perayaan maulid termasuk bid’ah yang baik, pelakunya
mendapat pahala. Sebab di dalamnya terdapat sisi mengagungkan derajat Nabi Sholallohu
‘Alaihi Wa Sallam dan menampakan kegembiraan dengan waktu dilahirkannya
Rasulullah Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam”.
Dalam kesempatan yang lain, beliau mengatakan:
قَالَ جَلاَلُ
الدِّيْن السُّيُوطِى يُسْتَحَبُّ لَنَا إِظْهَارُ الشُّكْرِ بِمَوْلِدِهِ صَلىَّ
اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ وَالْاِجْتِمَاعُ وَإِطْعَامُ الطَّعَامِ
وَنَحْوُ ذَلِكَ مِنْ وُجُوْهِ الْقُرُبَاتِ وَإِظْهَارِ الْمَسَرَّاتِ
“Sunah bagi kami untuk memperlihatkan rasa syukur dengan
cara memperingati maulid Rasulullah Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam, berkumpul,
membagikan makanan dan beberapa hal lain dari berbagai macam bentuk ibadah dan
luapan kegembiraan”.
Dari kalangan Hanafiyyah, Syaikh Ibnu ‘Abidin mengatakan:
الشَّيْخ
اِبْنُ عَابِدِيْن اِعْلَمْ أَنَّ مِنَ
الْبِدَعِ الْمَحْمُوْدَةِ عَمَلَ الْمَوْلِدِ الشَّرِيْفِ مِنَ الشَّهْرِ
الَّذِيْ وُلِدَ فِيْهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ
“Ketahuilah bahwa salah satu bid’ah yang terpuji adalah
perayaan maulid Nabi pada bulan dilahirkan Rasulullah Muhammad Sholallohu ‘Alaihi
Wa Sallam”.
Bahkan setiap tempat yang di dalamnya dibacakan sejarah
hidup Nabi Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam, akan dikelilingi malaikat dan dipenuhi
rahmat serta ridla Allah Swt. Al-Imam Ibnu al-Haj ulama’ dari kalangan madzhab
Maliki mengatakan:
مَا
مِنْ بَيْتٍ أَوْ مَحَلٍّ أَوْ مَسْجِدٍ قُرِئَ فِيْهِ مَوْلِدُ النَّبِيِّ
صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ إِلَّا حَفَّتِ الْمَلاَئِكَةُ أَهْلَ
ذَلِكَ الْمَكَانِ وَعَمَّهُمُ اللهُ تَعَالَى بِالرَّحْمَةِ وَالرِّضْوَانِ
“Tidaklah suatu rumah atau tempat yang di dalamnya
dibacakan maulid Nabi Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam, kecuali malaikat
mengelilingi penghuni tempat tersebut dan Allah memberi mereka limpahan rahmat
dan keridloan”.
Al-Imam Ibnu Taimiyyah dari kalangan madzhab Hanbali
mengatakan: “Mengagungkan maulid Nabi dan menjadikannya sebagai hari raya
telah dilakukan oleh sebagian manusia dan mereka mendapat pahala besar atas
tradisi tersebut, karena niat baiknya dan karena telah mengagungkan Rasulullah Sholallohu
‘Alaihi Wa Sallam”.
Bahkan merayakan maulid Nabi bisa menjadi wajib bila
menjadi sarana dakwah yang efektif untuk menandingi perayaan-perayaan lain yang
terdapat banyak kemunkaran. Al-Syaikh al-Mubasyir al-Tharazi menegaskan:
إِنَّ
الْاِحْتِفَالَ بِذِكْرَى الْمَوْلِدِ النَّبَوِيِّ الشَّرِيْفِ أَصْبَحَ وَاجِبَا
أَسَاسِيًّا لِمُوَاجَهَةِ مَا اسْتُجِدَّ مِنَ الْاِحْتِفَالَاتِ الضَّارَّةِ
فِيْ هَذِهِ الْأَيَّامِ.
Kurang lebih artinya : “Sesungguhnya perayaan maulid Nabi
menjadi wajib yang bersifat siyasat untuk menandingi perayaan-perayaan lain
yang membahayakan pada hari ini”.
Dari beberapa keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa
tradisi merayakan maulid Nabi Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam merupakan bid’ah
yang baik (disunahkan), meski tidak pernah dilakukan pada zaman Nabi Sholallohu
‘Alaihi Wa Sallam, karena di dalamnya terdapat sisi mengagungkan dan kecintaan
kepada Rasulullah Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam.