Islam Nusantara | Islam Nusantara NU | Islam Nusantara pdf Islam Nusantara Itu Apa | Islam Nusantara NU Online | Islam Nusantara dan Komitmen Kebangsaaan | Islam Nusantara Menurut Muhammadiyah | Islam Nusantara gus Muwafiq | Islam Nusantara Menurut UAS | Islam Nusantara menurut para Ahli | Tradisi Islam Nusantara | Islam Nusantara menurut NU |

Internet Marketers Nahdlatu Ulama

Membaca Sholawat kepada Nabi Muhammad Sholallohu 'Alaihi Wa Sallam adalah Obat segalam Macam Pernyakit


Sholawat kepada Nabi Muhammad Sholallohu 'Alaihi Wa Sallam
Sholawat kepada Nabi Muhammad Sholallohu 'Alaihi Wa Sallam

Sholawat adalah rahmat ta’dzim atau rahmat maghfiroh/ampunan dari Alloh SWT bagi si penerima sholawat. Allah Berfirman dalam Surat Al-Ahzab Ayat 56 : 

 ان الله وملئكـته يصلون على النبى يآأيها الذين امنوا صلوا عليه وسلموا تسليما 

Sesungguhnya Alloh dan para malaikat-NYA bersholawat kepada Nabi ; wahai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kepada-Nya (Nabi) dan bersalam hormatlah sebaik-baiknya” 

Sholawat Alloh kepada Nabi Sholallohu ‘AlaihiWa Sallam berupa penambahan rahmat kemuliaan. Yang kepada selain kanjeng Nabi Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam berupa rahmat maghfiroh-kasih sayang ampunan. Sholawat malaikat kepada kanjeng Nabi Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam berupa permohonan pertambahan  rahmat kemuliaan kepada Alloh SWT bagi kanjeng Nabi Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam. Yang bagi selain kanjeng Nabi Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam berupa permohonan rahmat maghfiroh. Sholawat para ummat kepada kanjeng Nabi Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam berupa penambahan rahmat kemuliaan bagi Kanjeng Nabi Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam. Jadi rahmat kemuliaan kanjeng Nabi Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam di sisi Alloh terus meningkat. Meningkat dan meningkat tidak ada batasnya.

Dalam hadist yang artinya kurang lebih : "Bersholawatlah kamu sekalian kepada-Ku. Maka sesungguhnya sholawat kepada-Ku itu merupakan penebus dosa dan pembersih bagi kamu sekalian. Dan barang siapa bersholawat kepada-Ku satu kali, Alloh memberi sholawat kepadanya sepuluh kali”. (Hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Asyim an Anas bin Malik) 

Segala macam do’a itu terhijab (terhalang/tertutup) dari Alloh kecuali permulaan do’a berupa pujian kepada Alloh azza wajalla dan sholawat kepada Nabi Sholallohu 'Alaihi Wa Sallam kemudian berdo’a, maka do’a itu akan diijabahi” (HR. An-Nasa’i dari Abdulloh bin Basar).

Dalam kitab Taqriibul Ushul fii Tashiilil Wushul Lima’rifati Robi war-rusul Sholallohu 'Alaihi Wa Sallam karangan Syaikh Zaini Dahlan :

“Sesungguhnya para Ulama’ sudah ittifaq bahwa sesungguhnya segala amal ibadah itu ada yang diterima dan ada yang ditolak, kecuali sholawat kepada Nabi Sholallohu 'Alaihi Wa Sallam. Karena sesungguhnya sholawat kepada Nabi Sholallohu 'Alaihi Wa Sallam itu diterima secara mutlak”. Diterima secara mutlak, artinya meskipun membacanya dengan hati yang tidak hudlur, tidak khusyu’, bahkan sekalipun dengan ujub, riya’ takabbur, amalan membaca sholawat itu tetap diterima. Adapun ujub, riya’, takabbur dan lain-lainnya itu ada perhitungan sendiri.

Ada banyak pendapat para Ulama’. Ada yang mengatakan wajib bil-ijmal, ada yang mengatakan wajib satu kali dalam hidup, ada yang berpendapat sunnah. Yang masyhur mengatakan sunnah muakkad. Tapi bacaan sholawat pada tahiyyat akhir sholat adalah wajib, karena termasuk rukunnya sholat.

Bagi kita para pengamal atau Pembaca Sholawat berkeyakinan dan menyadari bahwa membaca sholawat itu  merupakan keharusan budi nurani setiap insan khususnya kaum muslimin sebab :

1.  Melaksanakan perintah Alloh dalam surat Al-Ahzab 56 seperti tersebut di atas.
2.  Kita kepotongan budi dari kanjeng Nabi Sholallohu 'Alaihi Wa Sallam yang tidak dapat dihitung banyak dan besarnya, lahir, bathin, syar’an wa haqiqotan.

Bagi Lahir bathin sebagaimana firman Alloh Shubhanahu Wa Ta'ala ;
وماارسلناك الا رحمة للعالمين (الانبياء:107)
وماارسلناك الا كافة للناس بشيرا ونذيرا ولكن اكثر الناس لا يعلمون (34 سباء:28)



Syar’an : Hukum-hukum syariat yang mengatur kehidupan kita yaitu hubungan masyarakat, keluarga/rumah tangga, dan hubungan kepada Alloh wa Rosuulihi Sholallohu 'Alaihi Wa Sallam (حبل من الله وحبل من الناس).

Bidang Haqiqotan :
خلقتك من نورى وخلقت الخلق من نورك (حديث قدس)
خلقتك لاجلى وخلقت الخلق لاجلك (حديث قدس)    
لولاك لولاك ما خلقت الافلاك (حديث قدس)
3.  Manfaatnya membaca sholawat kembali kepada diri yang membaca.
4. Dawur Romo Muallif Sholawat Wahidiyah, membaca sholawat adalah ibadah sunnah yang paling gampang dan diberi berbagai kebaikan yang tidak diperolah dalam ibadah sunnah seperti dzikir, baca Al-Qur’an, sholat sunnah dan lain-lain. Antara lain : sekali membaca sholawat spontan mendapat syafa’at dari Rosuululloh Sholallohu 'Alaihi Wa Sallam, spontan mendapat sholawat dari Alloh SWT dan dimohonkan maghfiroh oleh para malaikat.
Sekali membaca sholawat, berarti ingat atau dzikir kepada Alloh dan kepada Kanjeng Nabi Sholallohu 'Alaihi Wa Sallam
من ذكرنى فقد ذكرالله  ومن صلى علي ناطق بذكر الله.

Masih Banyak lagi faedah/manfaat sholawat bagi si musholli atau pembaca sholawat 



Seorang Sufi Wanita ; ROBI’AH AL ADAWIYAH

Seorang Sufi Wanita ; ROBI’AH AL ADAWIYAH
Seorang Sufi Wanita ; ROBI’AH AL ADAWIYAH 


Tokoh sufiwanita yang sangat terkenal di seluruh dunia karena kesuciannya adalah Robi’ah binti Ismail Al Adawiyah. Ia berasal dari keluarga miskin. Sejak kecil ia tinggal di kota Basrah. Ia sangat dihormati oleh orang-orang sholeh yang hidup pada masa itu. Seumur hidupnya ia tidak pernah menikah, jiwa, raga, dan hatiya untuk yang dicintainya, yaitu Alloh SWT wa Rosulihi Saw.

           
Pada malam Robi’ah dilahirkan ke dunia, tidak ada sesuatu barang yang berharga yang dapat ditemukan di rumah orang tuanya. Ayahnya adalah seorang yang sangat miskin, bahkan tidak ada minyak setetespun untuk memoles pusar putrinya. Tidak ada lampu penerangan dan tidak ada kain untuk selimut putrinya. Oleh ayahnya diberi nama Robi’ah karena ia adalah putri keempat dari empat bersaudara yang kesemuanya putri.
“Pergilah kerumah tetangga kita si Fulan dan mintalah sedikit minyak untuk menyalakan lampu agar malam hari ini terlihat terang” Kata si Ibu menyuruh suaminya. Namun sang ayah telah bersumpah bahwa ia tidak akan meminta sesuatu apapun dari tetangga atau yang lainnya. Demi menyenangkan hati isterinya, maka pergilah ia ke rumah tetangganya berpura-pura untuk meminta kepada tetangganya. Kemudian pulanglah sang Ayah dan berkata “Mereka tidak mau membukakan pintu”. Mendengar hal itu sedilah hati isterinya, kemudian menangis.

Dalam keadaan yang memprihatikan ini, sang ayah hanya dapat menundukan kepala sampai akhirnya tertidur dengan kepala di atas lutut. Dalam tidurnya, sang ayah bermimpi bertemu dengan Rosululloh Saw dan dihibur, “Janganlah engkau bersedih, karena bayi perempuan yang baru dilahirkan itu adalah Ratu kaum wanita dan akan menjadi penengah bagi 70 ribu orang di antara kaumku”. Kemudian Rosululloh Saw meneruskan “Besok, Pergilah engkau menghadap Isa Az-Zadan, Gubernur Basrah, tulislah diatas kertas kata-kata berkut ini : “Setiap malam engkau mengirimkan Sholawat seratus kali kepadaku, dan setiap malam jum’at empat ratus kali, kemarin adalah hari kamis malam malam jum’at dan engkau lupa melakukannya. Sebagai penebus kelalaianmu itu, berikanlah kepada orang ini empat ratus dinar yang telah engkau peroleh dengan halal”.
Ketika terbangun, sang ayah mencucurkan air mata. Kemudian ia menulis surat sesuai pesan Rosululloh Saw kepadanya dan mengirimkan kepada Gubernur Basrah melalui Pengurus Rumah Tangga Istana.
Setelah membaca surat yang diberikan sang ayah, Gubernur kemudian memerintahkan kepada bawahannya “Ambil 2.000 dinar dan bagikan kepada orang-orang miskin, dan sebagai tanda syukur kepada Rosululloh Saw yang telah memperingatkanku, berikanlah kepada Ayah Robi’ah 400 Dinar”. Kemudian lanjutnya “Aku harap engkau datang kepadaku sehingga aku dapat melihat wajahmu, namun tidak pantas bagi orang seperti engkau untuk datang kepadaku, lebih baik  seandainya  akulah  yang  datang  dan  mengetuk  pintu rumahmu

dengan jenggotku ini. Walaupun demikian, demi Alloh, aku bermohon kepadamu, apapun yang kamu butuhkankan, katakanlah padaku”.
Selesai menerima uang pemberian Gubernur tersebut, pulanglah sang ayah, dan membeli berbagai keperluan.
Ketika beranjak besar, Ayah dan Ibunya meninggal dunia. Di Kota Basrah dilanda bencana kelaparan dan ia terpisah dari kakak-kakak perempuannya.
Suatu hari ketika sedang keluar rumah, ia terlihat oleh seorang penjahat yang segera menangkap dan menjualnya seharga enam dirham untuk dijadikan budak. Sebagai budak belian, tentu saja ia disuruh untuk mengerjakan pekerjaan yang berat-berat.
Pada suatu hari ketika sedang berjalan-jalan, datanglah seseorang yang tak dikenalnya menghampiri. Ia takut kemudian lari, tiba-tiba ia jatuh tergelincir sehingga tangannya terkilir. Ia menangis sambil mengantuk-antukkan kepalanya ke tanah, kemudian berkata “Yaa Alloh, aku adalah orang asing di sini, tidak mempunyai ayah bunda, sebagai tawanan yang tidak berdaya, sedangkan tanganku cidera, namun, itu semua tidak membuatku bersedih hati karenanya. Satu-satunya yang aku harapkan adalah supaya aku dapat memenuhi kehendak-Mu dan mengetahui apakah ENGKAU berkenan atau tidak”
Robi’ah, janganlah engkau berduka” terdengar suara berkata kepadanya, “Kelak kemudian hari engkau akan dimulyakan, sehingga malaikat iri kepadamu.” Kemudian Robi’ah kembali ke rumah majikannya
Di siang hari ia berpuasa dan mengabdikan kepada Alloh, sedangkan pada malam harinya ia berdo’a sambil berdiri sepanjang malam.
Pada suatu malam, majikannya terbangun dari tidurnya dan ketika berjalan melewati jendela, terlihat olehnya Robi’ah sedang bersujud sambil berdo’a kepada Alloh SWT. “
“Yaa Alloh, Engkau tahu bahwa hasrat hatiku hanyalah untuk dapat mematuhi perintah-Mu dan mengabdi kepada-Mu. Jika aku dapat merubah nasib diriku ini, niscaya aku tidak akan beristirahat barang sebentarpun dari mengabdi kepada-Mu. Namun engkau telah menyerahkan diriku di bawah kekuasaan seorang hamba-Mu”.
Sepasang mata majikannya terbelalak lebar, bukan karena hanya mendengar do’a Robiah, tetapi karena ia melihat suatu keajaiban, sebuah lentera/lampu tanpa rantai tergantung di atas kepala Robi’ah yang menerangi seluruh rumah. Menyaksikan hal tersebut si Majikan merasa takut, kemudian langsung pergi ke kamar tidurnya dan duduk termenung hingga fajar tiba. Keesokan harinya, si Majikan memanggil Rabi’ah dengan sikap lemah lembut, kemudian ia membebaskannya.
 “Ijinkanlah aku pergi.” Kata Robi’ah kepada Majikannya. Setelah diberi ijin oleh Majikannya, kemudian ia pergi. Ia berjalan melewati padang pasir, menempuh perjalanan jauh menuju tempat sepi untuk ber-khalwat, mengabdikan diri kepada Alloh wa Rosulihi Saw, dan dengan tekun melaksanakan ibadah.

Beberapa lama kemudian, ia berniat untuk menunaikan ibadah haji. Setelah mempersiapkan perbekalan secukupnya, berangkatlah ia bersama rombongan untuk menunaikan ibadah haji. Di tengah perjalanan, keledai yang dipergunakan untuk mengangkut barangnya mati, padahal pada saat itu berada ditengah-tengah padang pasir.
“Biarlah aku yang membawakan barang-barangmu” kata seorang laki-laki dalam rombongan itu menawarkan jasa. “Tidak, teruskanlah perjalanan kalian, bukan tujuanku untuk menjadi beban kalian” jawab Robi’ah. Kemudian rombongan itu melanjutkan perjalanan dan meninggalkan Robi’ah seorang diri.
“Yaa Alloh” Robi’ah berseru sambil menengadahkan kepala, “Beginikah caranya raja-raja memperlakukan seorang wanita yang tidak berdaya ditempat yang masih asing ini?” “Engkau telah memanggilku ke rumah-MU, tetapi di tengah perjalanan, Engkau membunuh keledaiku dan meninggalkanku sebatangkara di tengah-tengah padang pasir.” Sebelum Robi’ah meneruskan kata-katanya, tiba-tiba keledai yang mati itu bergerak, kemudian berdiri. Robi’ah meletakkan barang-barangnya kembali di atas punggung binatang itu dan melanjutkan perjalanan.
Setelah beberapa hari menempuh perjalanan padang pasir, ia terasa letih sekali, dan sebelum berhenti ia berseru kepada Alloh “Yaa Alloh, tubuhku terasa letih, ke arah manakah yang harus ku tuju ?. Aku ini hanyalah segumpal tanah, sedang rumah-Mu terbuat dari batu. Yaa Alloh aku bermohon kepada-Mu, tunjukkanlah diri-MU.”

Alloh berfirman dalam hati sanubari Robi’ah, “Robi’ah, engkau sedang berada di atas sumber kehidupan delapan belas ribu dunia. Tidakkah engkau ingat betapa Musa telah bermohon untuk melihat-KU dan gunung-gunung terpecah menjadi 40 keping. Karena itu, cukuplah engkau dengan nama-Ku saja”.
Suatu ketika Robi’ah menderita sakit yang gawat, kemudian ia ditanya apa penyebab sakit yang dideritanya itu. “Aku telah menatap surga, dan Alloh telah menghukumku” jawab Robi’ah.
Ketika Hasan Basri datang mengunjungi Robi’ah, ia melihat salah seorang Pemuka Kota Basrah berdiri di depan pintu pertapaan Robi’ah, ia hendak memberikan sekantong uang emas kepada Robi’ah dan Pemuka itu menangis. Hasan Basri bertanya kepada Pemuka itu “Mengapa engkau menangis ?”
“Aku menangis karena wanita suci zaman ini” Jawab Pemuka itu. “Karena jika kehadirannya tidak ada lagi, celakalah umat manusia. Aku membawakan uang emas sekedar untuk biaya perawatannya, namun aku kawatir kalau-kalau Robi’ah menolaknya, bujuklah agar ia mau menerima uang ini”.
Maka masuklah Hasan Basri ke dalam pertapaan Robi’ah dengan membawa uang itu. Robi’ah menatap hasan Basri dan berkata “Dia telah menafkahi orang-orang yang telah menghujjahnya. Apakah Dia tidak akan menafkahi orang-orang yang mencintai-Nya. Sejak aku mengenal-Nya, aku berpaling dari manusia ciptaan-Nya. Aku tidak tahu kekayaan orang itu halal atau tidak, maka bisakah aku menerima pemberiannya ?. Pernah aku menjahit  pakaianku  yang  robek  dengan
diterangi lampu dunia, beberapa saat aku lengah tidak ingat kepada Alloh karena lampu tersebut, hingga akhirnya aku sadar, kemudian pakaian itu kurobek kembali pada bagian yang telah aku jahit itu dan hatiku menjadi lega. Mintalah pada Pemuka itu agar aku tidak lengah lagi dan kembalikan uang emas itu kepadanya.”
Suatu ketika Abdul Wahid Amir dan Sofyan  Ats Tsauri mengunjungi Robi’ah ketika sakit. Tetapi karena keduanya merasa segan, mereka tidak berani menegur atau menyapanya.
“Engkaulah yang berkata” Kata Abdul Wahid kepada Sofyan. Kemudian Sofyan berkata kepada Robi’ah, “Jika engkau berdo’a, niscaya penderitaanmu ini akan hilang”.
Robi’ah menjawab, “Tidak tahukah engkau, siapa yang menghendaki aku menderita seperti ini ? bukankah Alloh ?
“Ya” Jawab Sofyan
“Bagaimana mungkin engkau tidak mengetahui hal ini. Engkau menyuruhku memohonkan hal yang bertentangan dengan kehendak-Nya ? Bukankah itu tidak baik apabila kita menentang sahabat kita sendiri ?”
           “Apakah yang engkau inginkan, Robi’ah? Sofyan bertanya lagi.
Sofyan, engkau adalah orang yang terpelajar, tetapi mengapa engkau bertanya pula, apakah yang aku inginkan ?” “Demi kebesaran Alloh” Robi’ah berkata tegas, “Telah dua belas tahun aku mengingin-kan buah kurma segar. Engkau  tentu tahu bahwa di kota Basrah, buah kurma harganya sangat murah, tetapi hingga saat ini aku  tidak  pernah
memakannya, aku ini hanyalah hamba-Nya dan pantaskah seorang hamba menginginkan sesuatu, sedang Alloh tidak menginginkan-Nya, maka kafirlah aku. Engkau harus menginginkan sesuatu yang diingin-kan-Nya karena semata-mata agar engkau dapat menjadi hamba-Nya yang sejati, tetapi lain lagi jika Alloh SWT sendiri memberikan-Nya”
Sofyan terdiam, kemudian ia berkata lagi kepada Robi’ah “Karena aku tidak dapat berbicara mengenai dirimu, maka engkaulah yang berbicara mengenai diriku”
“Engkau adalah orang yang baik, kecuali dalam satu hal, engkau mencintai dunia, engkaupun suka membacakan haidts-hadits” Sofyan sangat tergugah hatinya dan berseru “Yaa Alloh ! kasihanilah aku”
Tetapi Robi’ah mencela, “Tidak malukah engkau mengharap-kan Alloh, sedangkan engkau sendiri tidak mengasihi Alloh?”
Pada suatu ketika Malik bin Dinar mengunjungi Robi’ah. Dia menyaksikan Robi’ah menggunakan gayung pecah untuk bersuci dan minum, sebuah tikar dan batu bata yang kadang-kadang dipergunakannya sebagai bantal. Menyaksikan itu semua hati Malik bin Dinar menjadi sedih.
“Aku mempunyai teman-teman yang kaya” kata Malik “Jika engkau menghendaki sesuatu, akan aku mintakan kepada mereka.”
 “Malik, engkau telah melakukan kesalahan yang besar” jawab Robi’ah “Bukankah yang menafkahi aku dan menafkahi mereka adalah satu, yaitu Alloh”   “Ya” jawab Malik
 “Apakah yang menafkahi orang-orang miskin itu lupa kepada orang-orang miskin karena kemiskinannya ?, dan apakah Dia hanya ingat kepada orang-orang kaya karena kekayaan mereka?” tanya Robi’ah. “Tidak” jawab Malik
“Jadi” Robi’ah meneruskan, “Karena Dia Mengetahui keadaanku, bagaimana aku harus mengingat-Nya ?, beginilah yang di-kehendaki-Nya, dan aku menghendaki seperti yang dikehendaki-Nya”
Ketika tiba saatnya Robi’ah harus meninggalkan dunia ini, orang-orang yang menungguinya meninggalkan kamarnya dan menutup pintu kamar itu dari luar. Kemudian mereka mendengar dari kamar Robi’ah, “Wahai jiwa yang tenang dan damai ! kembalilah kepada Tuhanmu dengan berbahagia”
Setelah beberapa saat tidak ada lagi suara yang terdengar, mereka lalu membuka pintu dan mendapatkan Robi’ah telah meninggal dunia.
Setelah Robi’ah meninggal dunia, ada seseorang yang mimpi bertemu dengannya, kemudia ia bertanya “Robi’ah, bagaimana engkau menghadapi Munkar dan Nakir?”
Robi’ah menjawab, “Kedua malaikat itu datang kepadaku dan bertanya : “Siapakah Tuhanmu?” aku menjawab : Pergilah kepada Tuhanmu dan katakan kepada-Nya : diantara berjuta-juta makhluk yang ada, janganlah engkau melupakan seorang wanita tua yang lemah, aku hanya memiliki engkau di dunia yang luas ini, aku tidak pernah lupa kepada-Mu, tetapi mengapa Engkau mengirim utusan hanya sekedar menanyakan siapa Tuhanmu kepadaku”
Betapa berat dan murninya kadar keimanan yang dimiliki oleh Robi’ah Al Adawiyah, setiap langkah dan detak jantungnya dipergunakan untuk mengabdi dan mengingat kepada Alloh semata. Semoga iman Billah Robi’ah tertanam pada kita semua Pengamal Wahidiyah, karena kita yakin bahwa Muallif Sholawat Wahidiyah mampu menanamkan iman Billah kepada pengikut-pengikutnya yang senantiasa meningkatkan mujahadah-mujahadah dan selalu menerap-kan ajaran LILLAH-BILLAH, LIRROSUL-BIRROSUL, dan LILGHOUTS-BILGOUTS, serta selalu menghadiri dan melaksanakan apa yang telah digariskan Muallif Sholawat Wahidiyah.
Semoga kita dikaruniai hati yang jernih, batin yang tenang dan kokoh. Jiwa yang tenang sehingga berhasil wusul, sadar ma’rifat kepada Alloh SWT wa Rosulihi Saw, suatu kondisi batiniyah yang menjamin keselamatan, kesejahteraan, dan kebahagiaan hidup lahir batin dunia dan akhirat yang mendapat ridho Alloh SWT Amin.

Maulid Nabi Muhammad Sholallohu alahi Wa Sallam

Maulid Nabi Muhammad Sholallohu alahi Wa Sallam
Maulid Nabi Muhammad Sholallohu alahi Wa Sallam

قوله تعالى (وَسَلَامٌ عَلَيْهِ يَوْمَ وُلِدَ وَيَوْمَ يَمُوتُ وَيَوْمَ يُبْعَثُ حَيًّا (15) مريم) و (وَالسَّلَامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدتُّ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا (33) مريم

Artinya : “Dan kesejahteraan bagi dirinya pada hari lahirnya, pada hari wafatnya, dan pada hari dia dibangkitkanya hidup kembali. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari kelahiranku, pada hari wafatku, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali”. (Al-Qur’an Surat Maryam 15, 33)

Dalam ayat di atas Karena sifat terpujinya itu, Yahya didoakan agar keselamatan dan kesejahteraan selalu diperuntukkan bagi dirinya serta terhindar dari keburukan dan kekurangan pada hari lahirnya, pada hari wafatnya, dan pada hari dia dibangkitkan hidup kembali di Padang Mahsyar setelah hari kebangkitan kelak.

Beralih dari kisah Nabi Yahya, Allah lalu berbicara tentang kisah Maryam. Wahai Nabi Muhammad, “Ingatkan dan ceritakanlah kisah Maryam binti Imran yang terdapat di dalam Kitab Al-Qur’an. Kisahkan kepada mereka ketika dia bersungguh-sungguh ingin mengasingkan diri dari keluarganya, bahkan dari semua manusia, untuk memperoleh ketenangan dalam beribadah, menuju ke suatu tempat yang terletak di sebelah timur Baitulmakdis.”

Begitu juga Beliau kekasih kita, Nabi Muhammad Sholallohu ‘AlaihiWa Sallam, dalam Bulan Rabiul Awal merupakan bulan yang istimewa. Bagaimana tidak istimewa?, pada bulan tersebut manusia terbaik, hamba Allah dan utusan Allah termulia dilahirkan di dunia. Pada 1400 abad yang lalu, tepatnya pada hari Senin 12 Rabiul Awal 576 M, baginda Nabi Muhammad Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam dilahirkan dari pasangan Sayyid Abdullah dan Sayyidah Aminah Radliya Allahu ‘anhuma.

Tidak lepas bahwa untuk menghormat kelahiran Beliau setiap tahun hari kelahirannya dirayakan oleh umat Muslim di seluruh penjuru dunia. Berbagai cara dan acara mulai di tingkat Jama’ah yang ada di Masjid-Masjid atau Desa hingga Istana negara menyelenggaraan perayaan maulid. Lantas bagaimana pendapat para ulama’ yang membidanginya mengenai kebiasaan atau amaliyah perayaan maulid tersebut? Berikut ini kami rangkum beberapa statemen ulama’ mengenai tradisi tahunan tersebut.

Al-Imam al-Suyuthi dari kalangan ulama’ Syafi’iyyah mengatakan:

قَالَ جَلاَلُ الدِّيْن السُّيُوطِى هُوَ مِنَ الْبِدَعِ الْحَسَنَةِ الَّتِيْ يُثَابُ عَلَيْهَا صَاحِبُهَا لِمَا فِيْهِ مِنْ تَعْظِيْمِ قَدْرِ النَّبِيِّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ وَإِظْهَارِ الْفَرَحِ وَالْاِسْتِبْشَارِ بِمَوْلِدِهِ الشَّرِيْفِ

“Perayaan maulid termasuk bid’ah yang baik, pelakunya mendapat pahala. Sebab di dalamnya terdapat sisi mengagungkan derajat Nabi Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam dan menampakan kegembiraan dengan waktu dilahirkannya Rasulullah Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam”.




Dalam kesempatan yang lain, beliau mengatakan:

قَالَ جَلاَلُ الدِّيْن السُّيُوطِى يُسْتَحَبُّ لَنَا إِظْهَارُ الشُّكْرِ بِمَوْلِدِهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ وَالْاِجْتِمَاعُ وَإِطْعَامُ الطَّعَامِ وَنَحْوُ ذَلِكَ مِنْ وُجُوْهِ الْقُرُبَاتِ وَإِظْهَارِ الْمَسَرَّاتِ

“Sunah bagi kami untuk memperlihatkan rasa syukur dengan cara memperingati maulid Rasulullah Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam, berkumpul, membagikan makanan dan beberapa hal lain dari berbagai macam bentuk ibadah dan luapan kegembiraan”.

Dari kalangan Hanafiyyah, Syaikh Ibnu ‘Abidin mengatakan:

الشَّيْخ اِبْنُ عَابِدِيْن  اِعْلَمْ أَنَّ مِنَ الْبِدَعِ الْمَحْمُوْدَةِ عَمَلَ الْمَوْلِدِ الشَّرِيْفِ مِنَ الشَّهْرِ الَّذِيْ وُلِدَ فِيْهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ

“Ketahuilah bahwa salah satu bid’ah yang terpuji adalah perayaan maulid Nabi pada bulan dilahirkan Rasulullah Muhammad Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam”.

Bahkan setiap tempat yang di dalamnya dibacakan sejarah hidup Nabi Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam, akan dikelilingi malaikat dan dipenuhi rahmat serta ridla Allah Swt. Al-Imam Ibnu al-Haj ulama’ dari kalangan madzhab Maliki mengatakan:

مَا مِنْ بَيْتٍ أَوْ مَحَلٍّ أَوْ مَسْجِدٍ قُرِئَ  فِيْهِ مَوْلِدُ النَّبِيِّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ إِلَّا حَفَّتِ الْمَلاَئِكَةُ أَهْلَ ذَلِكَ الْمَكَانِ وَعَمَّهُمُ اللهُ تَعَالَى بِالرَّحْمَةِ وَالرِّضْوَانِ

“Tidaklah suatu rumah atau tempat yang di dalamnya dibacakan maulid Nabi Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam, kecuali malaikat mengelilingi penghuni tempat tersebut dan Allah memberi mereka limpahan rahmat dan keridloan”.

Al-Imam Ibnu Taimiyyah dari kalangan madzhab Hanbali mengatakan: “Mengagungkan maulid Nabi dan menjadikannya sebagai hari raya telah dilakukan oleh sebagian manusia dan mereka mendapat pahala besar atas tradisi tersebut, karena niat baiknya dan karena telah mengagungkan Rasulullah Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam”.

Bahkan merayakan maulid Nabi bisa menjadi wajib bila menjadi sarana dakwah yang efektif untuk menandingi perayaan-perayaan lain yang terdapat banyak kemunkaran. Al-Syaikh al-Mubasyir al-Tharazi menegaskan:

إِنَّ الْاِحْتِفَالَ بِذِكْرَى الْمَوْلِدِ النَّبَوِيِّ الشَّرِيْفِ أَصْبَحَ وَاجِبَا أَسَاسِيًّا لِمُوَاجَهَةِ مَا اسْتُجِدَّ مِنَ الْاِحْتِفَالَاتِ الضَّارَّةِ فِيْ هَذِهِ الْأَيَّامِ.
Kurang lebih artinya : “Sesungguhnya perayaan maulid Nabi menjadi wajib yang bersifat siyasat untuk menandingi perayaan-perayaan lain yang membahayakan pada hari ini”.

Dari beberapa keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa tradisi merayakan maulid Nabi Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam merupakan bid’ah yang baik (disunahkan), meski tidak pernah dilakukan pada zaman Nabi Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam, karena di dalamnya terdapat sisi mengagungkan dan kecintaan kepada Rasulullah Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam.


Islam Nusantara Mengkaji Syafaat Nabi Muhammad Rosuululloh Sholallohu Alaihi Wa Sallam untuk Ummat

Islam Nusantara Mengkaji Syafaat Rosuululloh Sholallohu Alaihi Wa Sallam untuk Ummat
Syafaat Rosuululloh Sholallohu Alaihi Wa Sallam untuk Ummat

Menurut arti bahasa kata “Syafaat” mepunyai pengertian pertolongan. Syafa’atan hasanatan, berarti suatu pertolongan yang membawa kepada kebagusan. Dan syafa’atan sayyiatan, adalah suatu pertolongan yang membawa kepada kemungkaran. Di dalam pembahasan di sini yang dimaksud adalah syafa’atan hasanatan.

Menurut arti istilah adalah memohonkan kebaikan dari atau oleh orang lain untuk orang lain.
الشفاعة سؤال الخير من الغير للغير
“Yang disebut syafa’at adalah memohonkan kebaikan dari atau oleh orang lain untuk orang lain”.[1]
الشفاعة هي السؤال في التجاوز عن الذنوب من الذي وقع الجناية في حقه[2]
Syafa’atadalah permintaan pengampunan beberapa dosa dari orang yang melakukan kesalahan”.

Atau mudahnya, mengusahakan kebaikan bagi orang lain. Atau memberikan jasa-jasa baik kepada orang lain tanpa mengharap upah atau imbalan jasa. Memberi jasa, baik diminta maupun tidak diminta.

Di dalam penggunaan istilah, pada umumnya sebutan “Syafa’at” dipakai untuk pertolongan yang khusus dari Kanjeng Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam. Sedangkan pertolongan yang diberikan oleh selain Kanjeng Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam umpamanya oleh para Wali yang lebih tua umurnya di sebut barokah atau doa restu, bantuan, dukungan atau jangkungan, sesungguhnya semua itu tidak lain adalah syafa’at juga namanya. Syafa’at dalam arti pertolongan.

Syafa’at Kanjeng Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam itu dapat terjadi di dunia dan ahirat. Yang di dunia antara lain dan ini yang paling berharga dan tak ternilai dengan harta adalah iman dan islam di dada setiap muslim dan mu’min. Boleh dikatakan bahwa syafa’at, Islam tuntunan Rasululloh shallallohu ‘alaihi wasallam adalah syafa’at Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam. Dan seperti kita sadari dari kenyataan bahwa tuntunan Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam tersebut disalurkan dan disampaikan kepada kita melalui proses yang panjang. Melalui para sahabat radliyalloohu Ta’ala ‘anhhu, kepada para Tabi’in kepada para Tabi’I Al-Tabi’I, para Ulama salaf, para Auliya’, para Sholihin, para Ulama Khalaf, para Kiai, para cendikiawaan, para Ustadz, para guru ahirnya sampai kepada kita. Berarti mereka-mereka itu adalah perantara antara kita dengan Junjungan kita Kanjeng Nabi Muhammad Rasululloh shallallohu ‘alaihi wasallam. Mereka itu adalah penyambung / penyalur syafa’at Rasul shallallohu ‘alaihi wasallam kepada para lapisan masarakat. Dapat kita fahami bahwa mereka dapat menjalankan fungsinya sebagai penyalur safa’at adalah juga dari safa’at Rosululloh shallallohu ‘alaihi wasallam. Dan begitu seterusnya, sambung bersambung. Tanpa Rosululloh shallallohu ‘alaihi wasallam mereka tidak dapat melakukan hal-hal seperti itu, dan kita pun tidak akan memiliki iman dan islam dan faham-faham keagamaan seperti ini.

Begitu gambaran luasnya safa’at Rosululloh shallallohu ‘alaihi wasallam di dunia ini, dan begitu penting dan berharga bagi kita para ummat sehingga kita tidak mampu menghitung-hitung betapa besarnya nilai safa’at Rosululloh shallallohu ‘alaihi wasallam itu. Suatu pertolongan yang sangat kita butuhkan. Kita butuhkan untuk membawa diri kita kepada kebaikan, kesejahteraan dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirot. Kita butuhkan untuk membebaskan dan menyelamatkan diri kita dari bahaya kejahatan dan kekejian yang akan membawa kepada kesengsaraan dan kehancuran dunia akhirat.

Adapun safa’at kanjeng Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam di akhirot kelak, yang disebut "SAFA’ATUL ’UDHMA” adalah pertolongan agung yang sangat dibutuhkan oleh seluruh ummat manusia di padang mahsyar kelak di akhirat. Di padang mahsyar itu nanti, seluruh ummat manusia dari zaman nenek moyang kita, Kanjeng Nabi Adam’laihis – sholatuwassalam sampai manusia yang terakhir menemui hari Qiyamah dikumpulkan semua. Terjadilah suatu peristiwa yang maha dahsyat, suatu tragedi kebingungan ummat manusia yang memuncak dan belum pernah dialami sebelumnya. Di bawah pembakaran terik panas sinar matahari yang pada saat itu dikebawahkan oleh Alloh hanya tinggal setinggi galah, tiap-tiap manusia mengalami problem-problemnya sendiri-sendiri sebagai akibat tindak lakunya ketika hidup di dunia.

Di sebut  “Yaumul-hasyri” atau hari berkonfrontasi saling berhadap-hadapan satu sama lain. Baik bapak baik ibu, baik anak baik saudara dan sebagainya saling tuntut-menuntut, saling tuduh-menuduh satu sama lain. Satu sama lain melarikan diri ketakutan takut terkena tuntutan.          

Pertolongan mutlak milik Alloh, dan kehendak Alloh mutlak tidak ada yang mencampurinya, termasuk Alloh berkehendak memberikan hak syafa’at bagi makhluknya, misalnya ; kepada Rosul utusan-NYA, syafa’at Rosul ini adalah dengan izin Alloh dan tidak mengurangi milik Alloh yang mutlak seperti firman Alloh SWT.
قل لله الشفاعة جميعا (39 الزمر :44)
Katakanlah ; “Hanya kepunyaan Alloh Syafa’at itu semuanya  (39- Az-Zumar : 44 )

Ada sebagian orang berpendapat bahwa dengan ayat tersebut selain Alloh tidak dapat memberi syafa’at,  sehingga mohon syafa’at kepada Rosululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam sama artinya dengan syirik dan sesat.

Dengan menggunakan ayat tersebut, sebagai dasar bagi pendapatnya bukan pada tempatnya, ada dua alasan untuk menolak pendapat tersebut   :
1.  Tidak ada satu ayat pun dan hadits yang melarang permohonan syafa’at kepada Rosululloh  shollallohu 'alaihi wa sallam .
2.    Ayat di atas tidak menunjukan larangan mohon syafa’at, namun searti dengan ayat–ayat lain yang menjelasakan kemutlakan kekuasaan Alloh sebagai Penguasa Tunggal yang tidak tersaingi oleh suatu apapun. Hal ini mempunyai pengertian bahwa Alloh dapat menganugrahkan apa dan siapa saja sesuai kehendaknya,

Firman Alloh dalam Al- Qur’an yang menerangkan tentang anugerah  Alloh memberikan syafa’at kepada hamba-Nya seperti di bawah ini.
ولايملك الذين الشفاعة الامن شهد بالحق وهم يعلمون (43- الزخروف :86)
 “(Tuhan-tuhan) yang mereka sembah, selain dari padanya, tiada mempunyai syafa’at (pertolongan), kecuali orang-orang yang mengaku dengan kebenaran, sedang mereka mengetahui”. (QS. Al-Zukhruf: 86)
يومئذ لاتنفع الشفاعة الامن اذن له الرحمن ورضي له قولا  (20-  طه :109 )
“Pada hari itu tiada bermanfaat pertolongan, kecuali orang yang telah diizinkan oleh Yang Maha Pengasih dan disukai perkataannya”.

Syafa’at bukan lain adalah memohonkan kebaikan dari orang lain untuk orang lain. Dan ayat tersebut menunjukkan bahwa ada sebagian mahluk Allah  yang dianugerahi dapat memberi syafaat kepada yang lainnya. Kalau toh ada ayat-ayat yang tidak mebenarkan adanya syafa’at, seperti : QS. Al-Baqqrqh: 48, 123 dan QS. Al-Muddatsir: 48, semua ayat ini berhubungan dengan orang-orang musyrik.

Mohon syafa’at kepada Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam berarti seseorang mohon supaya Beliau Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam  sudi memberikan pertolongan untuk  memohonkan kepada Alloh Subhaanahu wa ta'aala agar Alloh berkenan mengabulkan permohonan tersebut.

Tentang siapa dan apa yang dapat memberi syafa’at dengan izin Alloh telah dijelaskan dalam beberapa hadits, antara lain :
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : يشفع يوم القيامة  ثلاثة , الأنبياء ,ثم العلماءثم الشهداء (روه ابن ماجه عن عثمان رضى الله عنه )
Rosululloh  shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda : “Yang dapat memberi syafa’at besuk pada Yaumul Qiyamah ada tiga ; yaitu  para Anbiya’ kemudian para Ulama’ kemudian para Syuhada’ (HR. Ibnu Majah dari Utsman RA.) 
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :يشفع الشهيد فى سبعين من اهل بيته (روه ابو دوود عن ابى الدرداء)
Rosululloh  shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda  “Seorang mati syahid akan memberi syafa’at pada 70 orang dari Ahli baitnya”  (HR. Abu Dawud dari Abi Al-Darda’ )
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : انا سيد ولد أدم ولا فخر وانااول من تنسق  عنه الارض وانااول شافع واول مشفع , بيدى لواء الحمد تحته أدم فمن دونه  (رواه الترميذ وابن ماجه عن ابي سعيد الحذري والحكم عن جابر باسناد صحيح )
Rosululloh  shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda  : “Aku adalah sayyid dari cucu anak Adam dan tidak membanggakan diri dan Aku adalah orang yang pertama dibangunkan dari kubur, dan Aku adalah orang pertama yang memberikan syafaa’t dan orang pertama yang diterima syafa’atnya, di tangan-Ku-lah bendera puji dan di bawah bendara itu bernaung Nabi Adam kemudian orang-orang lainnya. (HR. At-Tirmidzi dan Ibu Majah dari Abi said Al- Hudriyyi dan Al-Hakim dari Jabir RA)
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : من زار قبرى وجبت له شفاعتى (رواه ابن عدي والبيهقىعن ابن عمر)
“Rosululloh  shollallohu 'alaihi wa sallam  bersabda  : barang siapa  ziarah ke kuburku maka wajib atasnya syafa’atku”.(HR.  Ibnu Adi dan Baihaqidari Ibnu Umar ).
التشفع بالنبي صلى الله عليه وسلم في كل مكان نافع فلم يقبل الاالوصول الى النبي صلى الله عليه وسلم
 (شـواهد الحق : 203)
“Tasyaffu’an kepada Kanjeng Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam, di tempat manapun adalah manfa’at, dan pasti diterima oleh Kanjeng Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam”. (Syawahudu Al-Haq : 203)
وانه صلى الله عليه وسلم مقبول الشفاعة عند الله في الدنيا والاخرة ويتوسلون به اليه تعالى ليبـلغهم مناهم في دنياهم وأخراهم فقد شاركوا في هذا المعنى اعلم العلماء (شـواهد الحق : 45)
“Dan sesungguhnya Kanjeng Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam itu pasti makbul diterima syafa’atnya di sisi Allah baik di dunia maupun di akhirat. Dan orang-orang Islam sama berwasilah kepada Kanjeng Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam dalam memohon kepada Allah Ta’ala agar Kanjeng Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam berkenan menyampaikan hajat keinginan mereka di dunia dan akhirat. Maka para Ulama yang Alim-alim telah sepakat di dalam pengertian tersebut”.

Memohon syafa’at kepada Rosululloh  pada masa hidup-NYA atau sepeninggal-NYA sama saja dalam hukum Islam yang di bawah oleh Nabi  Muhammad ini, sehubungan dengan orang yang mati sabilillah tidak dapat disamakan dengan umumnya manusia tentang bagaimana keadaan setelah pindah ke alam barzah Alloh Subhaanahu wa ta'aala  menjelaskan dalam Firman-Nya : PPK/158
ولاتقولوا لمن يقتل في سبيل الله اموات بل احياء ولكن لاتشعرون    (البقرة  : 154)
“Dan janganlah kalian berkata: Bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan sebenarnya mereka itu hidup di alam lain, tetapi kalian tidak menyadarinya” (QS. Surat Al Baqoroh 154).
ولا تحسبن الذين قتلوا فى سبيل الله أمواتا بل أحياء عند ربهم يرزقون (ال عمران 169)
“dan janganlah kalian mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Alloh itu mati, bahkan mereka itu (sebenarnya) hidup di sisi Tuhannya dan mereka memperoleh rizqi (kenikmatan besar) (QS. Ali Imrom 169)
Berdasarkan ayat di atas orang gugur di jalan agama Alloh tetap hidup di sisi Alloh apa lagi para Ambiya’ dan Rosul serta orang-orang sholih seperti para Shahabat Nabi.

Apa gunanya Agama menganjurkan kepada kita untuk mengucapakan salam kepada yang telah meninggal, kalau kita tetap berpendapat bahwa mereka mati seperti manusia pada umumnya, bukankah hal ini betentangan dengan ayat tersebut ? dan bagaimana hukumnya bila seseorang sudah tidak iman kepada ayat Al-Qur’an  ? Na ‘uudu billaahi min Dzalik.

Untuk lebih jelasnya Rosululloh  shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda  : 
حياتى خير لكم ومماتىخيرلكم, واماحياتى فاسن لكم السنن واشرع لكم الشرائع, واما مماتى  فان اعمالكم تعرض فما رأ يت  منها حسناحمدت الله عليه وما رأيت سيئا استغفرت الله لكم  (رواه البزارعن ابن مسعود باسناد صحيح)
Hidup-Ku adalah kebaikan bagi kamu sekalian dan kematian-Ku-pun kebaikan bagi kamu serkalian. Adapun Hidup-KU maka AKU memberikan tuntunan berbagai sunnah kepada kamu sekalian dan mengajarkan berbagai macam Syari’at kepada kamu sekalian. Sedangkan kematian-KU (yang juga kebaikan bagi kamui sekalian), oleh karena sesungguhnya amal-amal kamu sekalian diperlihatkan kepada-Ku. Maka apa saja yang aku lihat dari padanya kebaikan, AKU memuji kepada Alloh atas kebaikan itu, dan apa AKU melihatnya keburukan, maka AKU memohonkan ampunan kepada Alloh kepada kamu sekalian (HR. Al-Bazzar dari Abdulloh bin Mas’ud derngan sanad yang shohih).
ما من احديسلم علي الارد الله على روحى حتى اردعليه السلام (رواه احمد وابو دوود)
Setiap salam yang disampaikan kepada-Ku oleh seseorang, Alloh akan menyampaikan kepada Roh-Ku agar Aku menjawab salam itu. (HR. Ahmad dan Abu Dawud )

Dalam hal ini sebagian Ulama berpendapat yang berhubungan dengan kondisi Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam setelah wafat tetap seperti beliau shallallohu ‘alaihi wasallam masih hidup dan status orang yang berpendapat tentang tidak ada manfa’atnya setelah Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam meninggal dunia adalah pendapat yang sesat dan menyesatkan.
فمن اعتقد ان النبي صلى الله عليه وسلم لانفع به بعد الموت بل هو كأحد الناس فهو الضل المضل
(تفسـير الصاوي ج  1: 161)
 “Maka barang siapa beri’tikad, bahwa Kanjeng Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam tiada manfa’at sesudah wafatnya, bahkan beliau shallallohu ‘alaihi wasallam berbeda seperti perorangan manusia biasa, maka orang seperti itu adalah sesat dan menyesatkan”.
 (Tafsir Al-Shawi juz 1, hal. 161)
نقل السيد احمد دخلا عن ابي الموا هب الشا ذلي رضي الله عنه ا نه كان يقول : لله عباد يتولي تربيتهم النبي صلىالله عليه وسلم بنفسه من غير واسط بكثرة صلاتهم عليه صلىلله عليه وسلم ( سعا دة الدارين:551)
Sayyid Ahmad Dahlan menukil pendapat Abi Mawahib Asy-syadzali rodiyalloohu’anhu sesungguhnya ia berkata : “Alloh memiliki hamba-hamba yang bimbinganya dikuasakan kepada Nabi Muhammad shollallohu alihi wasallam tanpa perantara sebab banyaknya bacaan Sholawat mereka pada Nabi shollallohu alihi wasallam”. (Sa’daatu Al-Daroini : 511)[3]  



[1] Materi Up Gradin A, PSW Pusat, Kediri hal. 148
[2] Kitabu Al-Ta’riifaat, Ali Bin Muhammad Al-Jarjaniy, Sangkapurah, Jiddah, hal. 127, t. thn
[3] Risalah, oleh KH Ihsan Mahin.