Syafaat Rosuululloh Sholallohu Alaihi Wa Sallam untuk Ummat |
Menurut
arti bahasa kata “Syafaat” mepunyai pengertian pertolongan. Syafa’atan
hasanatan, berarti suatu pertolongan yang membawa kepada kebagusan. Dan
syafa’atan sayyiatan, adalah suatu pertolongan yang membawa kepada kemungkaran.
Di dalam pembahasan di sini yang dimaksud adalah syafa’atan hasanatan.
Menurut
arti istilah adalah memohonkan kebaikan dari atau oleh orang lain untuk orang
lain.
الشفاعة سؤال الخير من الغير للغير
“Syafa’atadalah permintaan pengampunan beberapa dosa dari orang yang melakukan
kesalahan”.
Atau
mudahnya, mengusahakan kebaikan bagi orang lain. Atau memberikan jasa-jasa baik
kepada orang lain tanpa mengharap upah atau imbalan jasa. Memberi jasa, baik
diminta maupun tidak diminta.
Di
dalam penggunaan istilah, pada umumnya sebutan “Syafa’at” dipakai untuk
pertolongan yang khusus dari Kanjeng Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam.
Sedangkan pertolongan yang diberikan oleh selain Kanjeng Nabi shallallohu
‘alaihi wasallam umpamanya oleh para Wali yang lebih tua umurnya di sebut
barokah atau doa restu, bantuan, dukungan atau jangkungan, sesungguhnya semua
itu tidak lain adalah syafa’at juga namanya. Syafa’at dalam arti pertolongan.
Syafa’at
Kanjeng Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam itu dapat terjadi di dunia dan ahirat.
Yang di dunia antara lain dan ini yang paling berharga dan tak ternilai dengan
harta adalah iman dan islam di dada setiap muslim dan mu’min. Boleh dikatakan
bahwa syafa’at, Islam tuntunan Rasululloh shallallohu ‘alaihi wasallam adalah
syafa’at Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam. Dan seperti kita sadari dari
kenyataan bahwa tuntunan Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam tersebut
disalurkan dan disampaikan kepada kita melalui proses yang panjang. Melalui
para sahabat radliyalloohu Ta’ala ‘anhhu, kepada para Tabi’in kepada para
Tabi’I Al-Tabi’I, para Ulama salaf, para Auliya’, para Sholihin, para Ulama
Khalaf, para Kiai, para cendikiawaan, para Ustadz, para guru ahirnya sampai
kepada kita. Berarti mereka-mereka itu adalah perantara antara kita dengan Junjungan
kita Kanjeng Nabi Muhammad Rasululloh shallallohu ‘alaihi wasallam. Mereka itu
adalah penyambung / penyalur syafa’at Rasul shallallohu ‘alaihi wasallam kepada
para lapisan masarakat. Dapat kita fahami bahwa mereka dapat menjalankan
fungsinya sebagai penyalur safa’at adalah juga dari safa’at Rosululloh
shallallohu ‘alaihi wasallam. Dan begitu seterusnya, sambung bersambung. Tanpa
Rosululloh shallallohu ‘alaihi wasallam mereka tidak dapat melakukan hal-hal
seperti itu, dan kita pun tidak akan memiliki iman dan islam dan faham-faham
keagamaan seperti ini.
Begitu
gambaran luasnya safa’at Rosululloh shallallohu ‘alaihi wasallam di dunia ini,
dan begitu penting dan berharga bagi kita para ummat sehingga kita tidak mampu
menghitung-hitung betapa besarnya nilai safa’at Rosululloh shallallohu ‘alaihi
wasallam itu. Suatu pertolongan yang sangat kita butuhkan. Kita butuhkan untuk
membawa diri kita kepada kebaikan, kesejahteraan dan kebahagiaan hidup di dunia
dan di akhirot. Kita butuhkan untuk membebaskan dan menyelamatkan diri kita
dari bahaya kejahatan dan kekejian yang akan membawa kepada kesengsaraan dan
kehancuran dunia akhirat.
Adapun
safa’at kanjeng Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam di akhirot kelak, yang
disebut "SAFA’ATUL ’UDHMA” adalah pertolongan agung yang sangat dibutuhkan
oleh seluruh ummat manusia di padang mahsyar kelak di akhirat. Di padang
mahsyar itu nanti, seluruh ummat manusia dari zaman nenek moyang kita, Kanjeng
Nabi Adam’laihis – sholatuwassalam sampai manusia yang terakhir menemui hari Qiyamah
dikumpulkan semua. Terjadilah suatu peristiwa yang maha dahsyat, suatu tragedi
kebingungan ummat manusia yang memuncak dan belum pernah dialami sebelumnya. Di
bawah pembakaran terik panas sinar matahari yang pada saat itu dikebawahkan
oleh Alloh hanya tinggal setinggi galah, tiap-tiap manusia mengalami
problem-problemnya sendiri-sendiri sebagai akibat tindak lakunya ketika hidup
di dunia.
Di
sebut “Yaumul-hasyri” atau hari
berkonfrontasi saling berhadap-hadapan satu sama lain. Baik bapak baik ibu, baik
anak baik saudara dan sebagainya saling tuntut-menuntut, saling tuduh-menuduh
satu sama lain. Satu sama lain melarikan diri ketakutan takut terkena
tuntutan.
Pertolongan
mutlak milik Alloh, dan kehendak Alloh mutlak tidak ada yang mencampurinya, termasuk
Alloh berkehendak memberikan hak syafa’at bagi makhluknya, misalnya ; kepada
Rosul utusan-NYA, syafa’at Rosul ini adalah dengan izin Alloh dan tidak
mengurangi milik Alloh yang mutlak seperti firman Alloh SWT.
قل لله الشفاعة جميعا (39 الزمر :44)
Katakanlah
; “Hanya kepunyaan Alloh Syafa’at itu semuanya
(39- Az-Zumar : 44 )
Ada
sebagian orang berpendapat bahwa dengan ayat tersebut selain Alloh tidak dapat
memberi syafa’at, sehingga mohon
syafa’at kepada Rosululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam sama artinya dengan
syirik dan sesat.
Dengan menggunakan ayat tersebut, sebagai dasar bagi
pendapatnya bukan pada tempatnya, ada dua alasan untuk menolak pendapat
tersebut :
1. Tidak ada satu ayat pun dan hadits yang
melarang permohonan syafa’at kepada Rosululloh
shollallohu 'alaihi wa sallam .
2.
Ayat di atas tidak menunjukan larangan
mohon syafa’at, namun searti dengan ayat–ayat lain yang menjelasakan kemutlakan
kekuasaan Alloh sebagai Penguasa Tunggal yang tidak tersaingi oleh suatu
apapun. Hal ini mempunyai pengertian bahwa Alloh dapat menganugrahkan apa dan
siapa saja sesuai kehendaknya,
Firman
Alloh dalam Al- Qur’an yang menerangkan tentang anugerah Alloh memberikan syafa’at kepada hamba-Nya
seperti di bawah ini.
ولايملك الذين الشفاعة الامن شهد بالحق وهم يعلمون
(43- الزخروف :86)
“(Tuhan-tuhan) yang mereka sembah, selain dari
padanya, tiada mempunyai syafa’at (pertolongan), kecuali orang-orang yang
mengaku dengan kebenaran, sedang mereka mengetahui”. (QS. Al-Zukhruf: 86)
يومئذ لاتنفع الشفاعة الامن اذن له الرحمن ورضي له
قولا (20- طه :109 )
“Pada hari itu tiada bermanfaat pertolongan, kecuali orang yang
telah diizinkan oleh Yang Maha Pengasih dan disukai perkataannya”.
Syafa’at bukan lain
adalah memohonkan kebaikan dari orang lain untuk orang lain. Dan ayat tersebut
menunjukkan bahwa ada sebagian mahluk Allah yang dianugerahi dapat memberi syafaat kepada
yang lainnya. Kalau toh ada ayat-ayat yang tidak
mebenarkan adanya syafa’at, seperti : QS. Al-Baqqrqh: 48, 123 dan QS.
Al-Muddatsir: 48, semua ayat ini berhubungan dengan orang-orang musyrik.
Mohon syafa’at kepada
Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam berarti seseorang mohon supaya Beliau
Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam
sudi memberikan pertolongan untuk memohonkan kepada Alloh Subhaanahu wa ta'aala
agar Alloh berkenan mengabulkan permohonan tersebut.
Tentang
siapa dan apa yang dapat memberi syafa’at dengan izin Alloh telah dijelaskan
dalam beberapa hadits, antara lain :
قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم : يشفع يوم القيامة
ثلاثة , الأنبياء ,ثم العلماءثم الشهداء (روه ابن ماجه عن عثمان رضى الله
عنه )
Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda :
“Yang dapat memberi syafa’at besuk pada Yaumul Qiyamah ada tiga ; yaitu para Anbiya’ kemudian para Ulama’ kemudian
para Syuhada’ (HR. Ibnu Majah dari Utsman RA.)
قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم :يشفع الشهيد فى سبعين من اهل بيته (روه ابو دوود عن
ابى الدرداء)
Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda “Seorang mati syahid akan memberi syafa’at
pada 70 orang dari Ahli baitnya” (HR.
Abu Dawud dari Abi Al-Darda’ )
قال رسول الله
صلى الله عليه وسلم : انا سيد ولد أدم ولا فخر وانااول من تنسق عنه الارض وانااول شافع واول مشفع , بيدى لواء
الحمد تحته أدم فمن دونه (رواه الترميذ
وابن ماجه عن ابي سعيد الحذري والحكم عن جابر باسناد صحيح )
Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda : “Aku adalah sayyid dari cucu anak Adam dan
tidak membanggakan diri dan Aku adalah orang yang pertama dibangunkan dari
kubur, dan Aku adalah orang pertama yang memberikan syafaa’t dan orang pertama
yang diterima syafa’atnya, di tangan-Ku-lah bendera puji dan di bawah bendara
itu bernaung Nabi Adam kemudian orang-orang lainnya. (HR. At-Tirmidzi dan Ibu
Majah dari Abi said Al- Hudriyyi dan Al-Hakim dari Jabir RA)
قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم : من زار قبرى وجبت له شفاعتى (رواه ابن عدي
والبيهقىعن ابن عمر)
“Rosululloh
shollallohu 'alaihi wa sallam
bersabda : barang siapa ziarah ke kuburku maka wajib atasnya
syafa’atku”.(HR. Ibnu Adi dan
Baihaqidari Ibnu Umar ).
التشفع
بالنبي صلى الله عليه وسلم في كل مكان نافع فلم يقبل الاالوصول الى النبي صلى الله
عليه وسلم
(شـواهد الحق : 203)
“Tasyaffu’an kepada Kanjeng Nabi
shallallohu ‘alaihi wasallam, di tempat manapun adalah manfa’at, dan pasti
diterima oleh Kanjeng Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam”. (Syawahudu Al-Haq :
203)
وانه
صلى الله عليه وسلم مقبول الشفاعة عند الله في الدنيا والاخرة ويتوسلون به اليه
تعالى ليبـلغهم مناهم في دنياهم وأخراهم فقد شاركوا في هذا المعنى اعلم العلماء
(شـواهد الحق : 45)
“Dan sesungguhnya Kanjeng Nabi shallallohu
‘alaihi wasallam itu pasti makbul diterima syafa’atnya di sisi Allah baik di
dunia maupun di akhirat. Dan orang-orang Islam sama berwasilah kepada Kanjeng
Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam dalam memohon kepada Allah Ta’ala agar Kanjeng
Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam berkenan menyampaikan hajat keinginan mereka
di dunia dan akhirat. Maka para Ulama yang Alim-alim telah sepakat di dalam
pengertian tersebut”.
Memohon syafa’at
kepada Rosululloh pada masa hidup-NYA
atau sepeninggal-NYA sama saja dalam hukum Islam yang di bawah oleh Nabi Muhammad ini, sehubungan dengan orang yang
mati sabilillah tidak dapat disamakan dengan umumnya manusia tentang bagaimana
keadaan setelah pindah ke alam barzah Alloh Subhaanahu wa ta'aala menjelaskan dalam Firman-Nya : PPK/158
ولاتقولوا
لمن يقتل في سبيل الله اموات بل احياء ولكن لاتشعرون (البقرة
: 154)
“Dan janganlah kalian berkata: Bahwa
orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan sebenarnya mereka itu
hidup di alam lain, tetapi kalian tidak menyadarinya” (QS. Surat Al Baqoroh
154).
ولا
تحسبن الذين قتلوا فى سبيل الله أمواتا بل أحياء عند ربهم يرزقون (ال عمران 169)
“dan janganlah kalian mengira bahwa
orang-orang yang gugur di jalan Alloh itu mati, bahkan mereka itu (sebenarnya)
hidup di sisi Tuhannya dan mereka memperoleh rizqi (kenikmatan besar) (QS. Ali
Imrom 169)
Berdasarkan ayat di
atas orang gugur di jalan agama Alloh tetap hidup di sisi Alloh apa lagi para
Ambiya’ dan Rosul serta orang-orang sholih seperti para Shahabat Nabi.
Apa gunanya Agama
menganjurkan kepada kita untuk mengucapakan salam kepada yang telah meninggal,
kalau kita tetap berpendapat bahwa mereka mati seperti manusia pada umumnya,
bukankah hal ini betentangan dengan ayat tersebut ? dan bagaimana hukumnya bila
seseorang sudah tidak iman kepada ayat Al-Qur’an ? Na ‘uudu billaahi min Dzalik.
Untuk lebih jelasnya
Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam
bersabda :
حياتى
خير لكم ومماتىخيرلكم, واماحياتى فاسن لكم السنن واشرع لكم الشرائع, واما
مماتى فان اعمالكم تعرض فما رأ يت منها حسناحمدت الله عليه وما رأيت سيئا استغفرت
الله لكم (رواه
البزارعن ابن مسعود باسناد صحيح)
Hidup-Ku adalah
kebaikan bagi kamu sekalian dan kematian-Ku-pun kebaikan bagi kamu serkalian.
Adapun Hidup-KU maka AKU memberikan tuntunan berbagai sunnah kepada kamu
sekalian dan mengajarkan berbagai macam Syari’at kepada kamu sekalian.
Sedangkan kematian-KU (yang juga kebaikan bagi kamui sekalian), oleh karena
sesungguhnya amal-amal kamu sekalian diperlihatkan kepada-Ku. Maka apa saja
yang aku lihat dari padanya kebaikan, AKU memuji kepada Alloh atas kebaikan
itu, dan apa AKU melihatnya keburukan, maka AKU memohonkan ampunan kepada Alloh
kepada kamu sekalian (HR. Al-Bazzar dari Abdulloh bin Mas’ud derngan sanad yang
shohih).
ما
من احديسلم علي الارد الله على روحى حتى اردعليه السلام (رواه احمد وابو دوود)
Setiap salam yang
disampaikan kepada-Ku oleh seseorang, Alloh akan menyampaikan kepada Roh-Ku
agar Aku menjawab salam itu. (HR. Ahmad dan Abu Dawud )
Dalam hal ini
sebagian Ulama berpendapat yang berhubungan dengan kondisi Rasulullah
shallallohu ‘alaihi wasallam setelah wafat tetap seperti beliau shallallohu
‘alaihi wasallam masih hidup dan status orang yang berpendapat tentang tidak
ada manfa’atnya setelah Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam meninggal dunia
adalah pendapat yang sesat dan menyesatkan.
فمن
اعتقد ان النبي صلى الله عليه وسلم لانفع به بعد الموت بل هو كأحد الناس فهو الضل
المضل
(تفسـير الصاوي ج 1: 161)
“Maka barang siapa beri’tikad, bahwa Kanjeng
Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam tiada manfa’at sesudah wafatnya, bahkan
beliau shallallohu ‘alaihi wasallam berbeda seperti perorangan manusia biasa,
maka orang seperti itu adalah sesat dan menyesatkan”.
(Tafsir Al-Shawi juz 1, hal. 161)
نقل
السيد احمد دخلا عن ابي الموا هب الشا ذلي رضي الله عنه ا نه كان يقول : لله عباد
يتولي تربيتهم النبي صلىالله عليه وسلم بنفسه من غير واسط بكثرة صلاتهم عليه
صلىلله عليه وسلم ( سعا دة الدارين:551)
Sayyid
Ahmad Dahlan menukil pendapat Abi Mawahib Asy-syadzali rodiyalloohu’anhu
sesungguhnya ia berkata : “Alloh memiliki hamba-hamba yang bimbinganya
dikuasakan kepada Nabi Muhammad shollallohu alihi wasallam tanpa perantara
sebab banyaknya bacaan Sholawat mereka pada Nabi shollallohu alihi wasallam”.
(Sa’daatu Al-Daroini : 511)[3]